The Doll and the Rose


I was walking around in a store. I saw a cashier hand this little boy his money back saying

"I'm sorry, but you don't have enough money to buy this doll."


Then the little boy turned to the old woman next to him:

''Granny, are you sure I don't have enough money?''


The old lady replied:

''You know that you don't have enough money to buy this doll, my dear.''


Then she asked him to stay there for 5 minutes while she went to look around. She left quickly.

The little boy was still holding the doll in his hand.


Finally, I walked toward him and I asked him who he wished to give this doll to.

"It's the doll that my sister loved most and wanted so much for this Christmas. She was so sure that Santa Claus would bring it to her."


I replied to him that may be Santa Claus will bring it to her after all, and not to worry.


But he replied to me sadly.

"No, Santa Claus can't bring it to her where she is now. I have to give the doll to my mommy so that she can give it to my sister when she goes there."


His eyes were so sad while saying this.

"My sister has gone to be with God. Daddy says that Mommy is going to see God very soon too, so I thought that she could take the doll with her to give it to my sister.''


My heart nearly stopped.


The little boy looked up at me and said:

"I told daddy to tell mommy not to go yet. I need her to wait until I come back from the mall."


Then he showed me a very nice photo of him where he was laughing. He then told me

"I want mommy to take my picture with her so she won't forget me."

"I love my mommy and I wish she doesn't have to leave me, but daddy says that she has to go to be with my little sister. "


Then he looked again at the doll with sad eyes, very quietly.


I quickly reached for my wallet and said to the boy.

"What if we checked again, just in case you do have enough money?''

"OK" he said "I hope that I have enough."


I added some of my money to his without him seeing and we started to count it. There was enough for the doll and even some spare money.


The little boy said:

"Thank you God for giving me enough money!"


Then he looked at me and added

"I asked yesterday before I slept for God to make sure I have enough money to buy this doll so that mommy can give it to my sister. He heard me!''

"I also wanted to have enough money to buy a white rose for my mommy, but I didn't dare to ask God for too much. But He gave me enough to buy the doll and a white rose.''

"My mommy loves white roses."


A few minutes later, the old lady came again and I left with my basket.

I finished my shopping in a totally different state from when I started. I couldn't get the little boy out of my mind.

Then I remembered a local newspaper article 2 days ago, which mentioned of a drunk man in a truck, who hit a car, where there was one young lady and a little girl.

The little girl died right away, and the mother was left in a critical state. The family had to decide whether to pull the plug on the life-assisting machine, because the young lady would not be able to recover from the coma.

Was this the family of the little boy?

Two days after this encounter with the little boy, I read in the newspaper that the young lady had passed away.

I couldn't stop myself as I bought a bunch of white roses and I went to the funeral home where the body of the young woman was exposed for people to see and make last wishes before burial.

She was there, in her coffin, holding a beautiful white rose in her hand with the photo of the little boy and the doll placed over her chest.

I left the place, teary-eyed, feeling that my life had been changed forever. The love that this little boy had for his mother and his sister is still, to this day, hard to imagine. And in a fraction of a second, a drunk driver had taken all this away from him.

~~~~~~~

If you sincerely expressed that prayer to God, you can know that you have a personal relationship with Him. He will be your comfort in these troubled times. God promises us "peace that passes understanding" in other words peace in a world that doesn't make sense. You can know peace and hope even when your world is in turmoil. God does not change. Ever.



Author : Unknow; Source : Yan's Notes

Kehidupan Sang Elang




Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia.Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian atau Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan. Suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan.

Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan. Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan Andalah sang penguasa atas diri Anda.

Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu. Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah!

God Bless You !

Kesabaran Dalam Doa


Mana kala apa yang kita pikirkan tidak tepat, TUHAN berkata, "TIDAK."
Tidak - kala pemikiran itu bukan pemikiran yang terbaik
Tidak - kala pemikiran itu sama sekali salah
Tidak - walaupun pemikiran tersebut mungkin saja dapat menolongmu, namun juga akan menimbulkan masalah bagi orang lain

Mana kala waktunya tidak tepat, TUHAN berkata, "PERLAHANLAH."
Apa jadinya kelak bila TUHAN menjawab setiap doa secepat kita menjentikkan jari-jari kita? Tahukah engkau apa yang akan terjadi?
Tuhan akan menjadi hambamu, bukan Tuanmu.
Tiba-tiba saja TUHAN mengabdi kepadamu, bukan engkau yang mengabdi
kepada-NYA.

Mana kala engkau berbuat kesalahan, TUHAN berkata, "BERTUMBUHLAH."
Orang yang mementingkan dirinya sendiri harus bertumbuh di dalam ketidak-egoisan.
Orang yang terlalu berhati-hati harus bertumbuh di dalam keberanian.
Orang yang suka menguasai orang lain harus bertumbuh di dalam kepekaan.
Orang yang senang mencela harus bertumbuh didalam tenggang rasa.
Orang yang selalu berpikiran negatif harus bertumbuh di dalam sikap positif.

Orang yang senang mencari kepuasan jasmani harus bertumbuh di dalam berbagi rasa dengan orang-orang yang menderita.

Mana kala semuanya telah benar, TUHAN berkata, "PERGILAH."
Mukjizat terjadi:
Pecandu berat alkohol dilepaskan.
Pecandu obat bius menemukan kebebasannya.
Yang ragu-ragu menjadi percaya layaknya seorang anak kecil.
Jaringan tubuh yang terkena penyakit mulai menjadi sembuh karena pengobatan.

Pintu yang menuju ke arah impianmu tiba-tiba terbuka dan berdirilah Tuhan di sana sambil berkata, "PERGILAH!"

Ingatlah:
Penundaan oleh TUHAN bukan berarti pengingkaran janji TUHAN.
Waktunya TUHAN sempurna adanya.
Kesabaran adalah yang kita perlukan dalam berdoa.

TUHAN Memberkati


Oleh: Joe Gatuslao


Little Moments Of Joy

Twenty years ago, I drove a cab for a living. It was a cowboy’s life, a life for someone who wanted no boss. What I didn’t realize was that it was also a ministry.

Because I drove the night shift, my cab became a moving confessional. Passengers climbed in, sat behind me in total anonymity, and told me about their lives. I encountered people whose lives amazed me, ennobled me, made me laugh and weep.

But none touched me more than a woman I picked up late one August night.

I was responding to a call from a small brick fourplex in a quiet part of town. I assumed I was being sent to pick up some partiers, or someone who had just had a fight with a lover, or a worker heading to an early shift at some factory for the industrial part of town.

When I arrived at 2:30 a.m., the building was dark except for a single light in a ground floor window. Under these circumstances, many drivers would just honk once or twice, wait a minute, then drive away. But I had seen too many impoverished people who depended on taxis as their only means of transportation. Unless a situation smelled of danger, I always went to the door. This passenger might be someone who needs my assistance, I reasoned to myself. So I walked to the door and knocked.

“Just a minute,” answered a frail, elderly voice. I could hear something being dragged across the floor. After a long pause, the door opened. A small woman in her 80s stood before me. She was wearing a print dress and a pillbox hat with a veil pinned on it, like somebody out of a 1940’s movie.

By her side was a small nylon suitcase. The apartment looked as if no one had lived in it for years. All the furniture was covered with sheets. There were no clocks on the walls, no knickknacks or utensils on the counters. In the corner was a cardboard box filled with photos and glassware.

“Would you carry my bag out to the car?” she said.

I took the suitcase to the cab, then returned to assist the woman. She took my arm and we walked slowly toward the curb. She kept thanking me for my kindness.

“It’s nothing,” I told her. “I just try to treat my passengers the way I would want my mother treated.”

“Oh, you’re such a good boy,” she said.

When we got in the cab, she gave me an address, then asked, “Could you drive through downtown?”

“It’s not the shortest way,” I answered quickly.

“Oh, I don’t mind,” she said. “I’m in no hurry. I’m on my way to a hospice.”

I looked in the rear view mirror. Her eyes were glistening. “I don’t have any family left,” she continued. “The doctor says I don’t have very long.”

I quietly reached over and shut off the meter. “What route would you like me to take?” I asked.

For the next two hours, we drove through the city. She showed me the building where she had once worked as an elevator operator. We drove through the neighborhood where she and her husband had lived when they were newlyweds. She had me pull up in front of a furniture warehouse that had once been a ballroom where she had gone dancing as a girl. Sometimes she’d ask me to slow in front of a particular building or corner and would sit staring into the darkness, saying nothing.

As the first hint of sun was creasing the horizon, she suddenly said, “I’m tired. Let’s go now.”

We drove in silence to the address she had given me. It was a low building, like a small convalescent home, with a driveway that passed under a portico. Two orderlies came out to the cab as soon as we pulled up. They were solicitous and intent, watching her every move. They must have been expecting her. I opened the trunk and took the small suitcase to the door. The woman was already seated in a wheelchair.

“How much do I owe you?” she asked, reaching into her purse.

“Nothing,” I said.

“You have to make a living,” she answered.

“There are other passengers,” I responded.

Almost without thinking, I bent and gave her a hug. She held onto me tightly.

“You gave an old woman a little moment of joy,” she said. “Thank you.”

I squeezed her hand, then walked into the dim morning light. Behind me, a door shut. It was the sound of the closing of a life.

I didn’t pick up any more passengers that shift. I drove aimlessly, lost in thought. For the rest of that day, I could hardly talk. What if that woman had gotten an angry driver, or one who was impatient at the end his shift? What if I had refused to take the run, or had honked once, then driven away?

On a quick review, I don’t think that I have done anything more important in my life. We’re conditioned to think that our lives revolve around great moments. But great moments often catch us unaware–beautifully wrapped in what others may consider a small one.

People may not remember exactly what you did, or what you said, …but they will always remember how you made them feel.

~ Story by Barry Kingsley ~



Source : Yan's Notes

Tuhan Berbicara


Seorang Manusia berbisik, "Tuhan, bicaralah padaku."

Dan burung kutilang pun bernyanyi.
Tapi, manusia itu tidak mendengarkannya.

Maka, Manusia itu berteriak, "Tuhan, bicaralah padaku !"
Dan guntur dan petir pun mengguruh.
Tapi, Manusia itu tidak mendengarkannya.

MAnusia itu melihat sekelilingnya dan berkata,
"Tuhan, biarkan aku melihat Engkau."
Dan bintang pun bersinar terang.
Tapi, Manusia itu tidak melihatnya.

Dan, Manusia berteriak lagi, "Tuhan, tunjukkan aku keajaiban!" Mu"
Dan seorang bayi pun lahirlah.
Tapi, manusia itu tidak menyadarinya.

Maka, ia berseru lagi dalam keputus-asaannya, "Jamahlah aku, Tuhan!"
Dan segera, Tuhan pun turun dan menjamahnya.
Tapi, manusia itu malah mengusir kupu-kupu tersebut dan terus berjalan.

Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan pada kita
bahwa Tuhan selalu hadir di sekitar kita dalam bentuk
sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era elektronik ini ...
karenanya saya ingin menambahkan satu lagi:

Manusia itu berseru, "Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu!"
Dan datanglah e-mail dengan berita-berita baik dan menguatkan.

Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh-kesah....

Berita baik itu adalah bahwa anda masih dicintai orang lain !

Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah, hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita

Kamu Sangat Diberkati


Pernah nggak sih kamu ngerasain kalo hidup itu bener-bener ‘bad’ dan nggak berarti lagi dan berharap, coba kalo kita bisa ada di kehidupan yang lain! Saya akui, saya cukup sering merasa begitu.

Saya pikir, hidup ini kayanya cuma nambahin kesulitan-kesulitan saya aja! ‘Kerja menyebalkan’, hidup tak berguna’, dan nggak ada sesuatu yang beres!

Tapi semua itu berubah… sejak kemarin…

Pandangan saya tentang hidup ini benar-benar telah berubah! Tepatnya terjadi setelah saya bercakap-cakap dengan teman saya. Ia mengatakan kepada saya bahwa walau ia mempunyai 2 pekerjaan dan berpenghasilan sangat minim setiap bulannya, namun ia tetap merasa bahagia dan senantiasa bersukacita.

Saya pun jadi bingung, bagaimana bisa ia bersukacita selalu dengan gajinya yang minim itu untuk menyokong kedua orangtuanya, mertuanya, istrinya, 2 putrinya, ditambah lagi tagihan-tagihan rumah tangga yang numpuk!

Kemudian ia menjelaskan bahwa itu semua karena suatu kejadian yang ia alami di India. Hal ini dialaminya beberapa tahun yang lalu saat ia sedang berada dalam situasi yang berat.

Setelah banyak kemunduran yang ia alami itu, ia memutuskan untuk menarik nafas sejenak dan mengikuti tur ke India. Ia mengatakan bahwa di India, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu MEMOTONG tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok!!

Keputusasaan dalam mata sang ibu, jeritan kesakitan dari seorang anak yang tidak berdosa yang saat itu masih berumur 4 tahun! terus menghantuinya sampai sekarang.

Kamu mungkin sekarang bertanya-tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukan hal itu? Apa anaknya itu ’so naughty’ atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong? Ternyata tidak!

Semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat …MENGEMIS…!

Ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang-orang saat mengemis di jalanan! Saya benar-benar tidak dapat menerima hal ini, tetapi ini adalah KENYATAAN!

Hanya saja hal mengerikan seperti ini terjadi di belahan dunia yang lain yang tidak dapat saya lihat sendiri!

Kembali pada pengalaman sahabat saya itu, ia juga mengatakan bahwa setelah itu ketika ia sedang berjalan-jalan sambil memakan sepotong roti, ia tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan itu ke tanah. Kemudian dalam sekejap mata, segerombolan anak kira-kira 6 orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu… mereka berebutan untuk memakannya! (suatu reaksi yang alami dari kelaparan).

Terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guidenya untuk mengantarkannya ke toko roti terdekat.

Ia menemukan 2 toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu! Pemilik toko sampai kebingungan, tetapi ia bersedia menjual semua rotinya. Kurang dari $100 dihabiskan untuk memperoleh 400 potong roti (jadi tidak sampai $0,25 / potong) dan ia juga meng- habiskan kurang lebih $ 100 lagi untuk membeli barang keperluan sehari-hari. Kemudian ia pun berangkat kembali ke jalan yang tadi dengan membawa satu truk yang dipenuhi dengan roti dan barang-barang keperluan sehari-hari kepada anak-anak (yang kebanyakan CACAT) dan beberapa orang-orang dewasa disitu! Ia pun mendapatkan imbalan yang sungguh tak ternilai harganya, yaitu kegembiraan dan rasa hormat dari orang-orang yang kurang beruntung ini!

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa heran bagaimana seseorang bisa melepaskan kehormatan dirinya hanya untuk sepotong roti yang tidak sampai $ 0,25! Ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya ia masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang hangat. Juga untuk setiap kesempatan dimana ia masih dapat berkomentar mana makanan yang enak, mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi, punya begitu banyak hal dimana orang-orang yang ada di hadapannya ini AMAT KEKURANGAN!

Sekarang aku pun mulai berpikir seperti itu juga! Sebenarnya, apakah hidup saya ini sedemikian buruknya? TIDAK, sebenarnya tidak buruk sama sekali!! Nah, bagaimana dengan kamu?

Mungkin di waktu lain saat kamu mulai berpikir seperti aku, cobalah ingat kembali tentang seorang anak kecil yang HARUS KEHILANGAN sebelah tangannya hanya untuk mengemis di pinggir jalan!

Saudara, banyak hal yang sudah kita alami dalam menjalani kehidupan kita selama ini, sudahkah kita BERSYUKUR? Apakah kita mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki?


dari note Theresia Ratih Sawitridjati

The Bubble and the Butterfly, Kisah Pemimpin Redaksi ELLE


Rasanya kita semua tidak kenal dengan orang yang bernama Jean-Dominique Bauby, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara sangat istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).

Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut 'locked-in syndrome', kelumpuhan total yang disebutnya 'seperti pikiran di dalam botol'.
Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya.

Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. "Bukan main", kata Anda. Ya,itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya.

Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barangkali kita harus menangis dulu berhari-hari.

Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan. Jadi, "Berapapun problem dan stress dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!"

Apa yang a.l. ditulisnya di memoarnya itu?
"I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth".

Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu :-(. Jadi kita yang masih bisa makan bakmi, ngga usahlah Bakmi Gajah Mada, indomie yang Rp 3.500 saja, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean. Kita bahkan senantiasa mengeluh, setiap hari, sepanjang tahun. We are the constant whiners.

Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita 'locked-in syndrome' untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi "bintang film" alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki to celebrate life', to do something good for others. (Untuk 'merayakan' kehidupan, untuk melakukan kebaikan bagi orang lain)

Jadi, betapapun kemelutnya keadaan kita saat ini, mereka yang sedang stress berat, mereka yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain atau anggota keluarga, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, mereka yang jalannya masih terpincang-pincang karena baru saja terinjak paku, mereka yang sedang di-PHK, Saya yakin kita masih bisa menelan ludah.

Semoga kita semua tidak terus menjadi whiner, pengeluh abadi, manusia yang sukar puas.

Kata orang bijak, "Think and Thank", berfikirlah dan kemudian bersyukurlah.


Posted by: "Susilo T"

The Time Is Now


If there was ever a time to dare, to make a difference,
to embark on something worth doing, IT IS NOW.

Not for any grand cause, necessarily… but for something that tugs at your heart,
something that’s your inspiration, something that’s your dream.
You owe it to yourself, to make your days here count.

The Time Is Now

The Time Is Now

Source : http://pravstalk.com/the-time-is-now/


The Sands of Forgiveness


There are two friends were walking through the desert. During some point of the journey they had an argument, and one friend slapped the other one in the face.

The one who got slapped was hurt, but without saying anything, wrote in the sand:

TODAY MY BEST FRIEND SLAPPED ME IN THE FACE.

They kept on walking until they found an oasis, where they decided to take a bath. The one who had been slapped got stuck in the mire and started drowning, but the friend saved him.

After he recovered from the near drowning, he wrote on a stone:

TODAY MY BEST FRIEND SAVED MY LIFE.

The friend who had slapped and saved his best friend asked him, “After I hurt you, you wrote in the sand and now, you write on a stone, why?”

The other friend replied “When someone hurts us we should write it down in sand where winds of forgiveness can erase it away. But, when someone does something good for us, we must engrave it in stone where no wind can ever erase it.”




Source : Yan's Notes

Way You Look At Things


One day a father and his rich family took his son to a trip to the country with the firm purpose to show him how poor people can be. They spent a day and a night in the farm of a very poor family. When they got back from their trip the father asked his son, “How was the trip?”

“Very good Dad!” replied his son.

“Did you see how poor people can be?” the father asked.

“Yeah!”

“And what did you learn?”

The son answered, “I saw that we have a dog at home, and they have four. We have a pool that reaches to the middle of the garden; they have a creek that has no end. We have imported lamps in the garden; they have the stars. Our patio reaches to the front yard, they have a whole horizon.” When the little boy was finishing, his father was speechless.

His son added, “Thanks Dad for showing me how poor we are!”

Our outlook on life depends on the way you look at things. What others may think as riches, others may want.

.The most important things in life are your friends, family, health, good humor and a positive attitude towards life.

...If you have these then you have everything....



Source : Yan's notes

SPECIAL OLYMPICS

A couple of years ago at the Seattle Special Olympics, nine contestants, all physically or mentally disabled challenged, assembled at the starting line for the 100-yard dash. At the gun, they all started out, not exactly in a dash, but with a relish to run the race to the finish and win.

All, that is, except one boy who stumbled on the asphalt, tumbled over a couple of times and began to cry. The other eight heard the boy cry. They slowed down and looked back. They all turned around and went back. Every one of them.

One girl with Down’s Syndrome bent down and kissed him and said, “This will make it better.” All nine linked arms and walked across the finish line together.

Everyone in the stadium stood, and the cheering went on for several minutes. People who were there are still telling the story. Why? Because deep down we know this one thing: What matters in this life is more than winning for ourselves.

What truly matters in this life is helping others win, even if it means slowing down and changing our course.



Origins of the Story :

The story is more true than not, although its primary point has been grossly exaggerated. According to folks at the Special Olympics Washington office, the incident happened at a 1976 track and field event held in Spokane, Washington. A contestant did take a tumble, and one or two of the other athletes turned back to help the fallen one, culminating in their crossing the finish line together, but it was only one or two, not everyone in the event. The others continued to run their race.

The story is thus not about an entire class of “special people” who spontaneously tossed aside their own dreams of going for gold in favor of helping a fallen competitor, but rather one about a couple of individuals who chose to go to the aid of another contestant. Unfortunately, this tale as it is now being told helps further a stereotype that deficiencies in intelligence are compensated for by unfailingly sweet natures and a way of looking at the world in childlike wonder.

Special Olympians train long and hard for their events and are every bit as committed as athletes who compete in any other athletic endeavors. The Special Olympics are not a casual get-together organized to give less fortunate members of the community a day to socialize and perhaps run in a foot race or two. They’re highly organized sporting events taken very seriously by all involved, with each competitor striving to do his best. It’s about trying. And succeeding.

The Special Olympics oath is “Let me win. But if I cannot win, let me be brave in the attempt.”



Source : Yan's Notes

THE SECRET OF HAPPINESS


There once was a very wealthy and successful man. He had more money than he could ever spend and he was admired and looked up to by his community. Still, he knew that something was missing in his life. He wasn’t happy. All his life he had pursued happiness and strived for happiness but had never been able to find it.

Then one day he heard about a hidden temple in Nepal that had a special room that contained the secret to happiness. He immediately sold all that he owned and set out to find this hidden temple. After many years of searching and countless hardships he arrived there. He was weary and pennyless, but he knew that none of that mattered now that he had found the temple.

He asked a wise, smiling monk if he could enter the special room. The monk agreed and showed him the stairs leading to the room. He climbed them with legs shaking with anticipation and slowly opened the door. He stared into the room with sunlight streaming through the window and saw what he had come so far to find. There hanging on the wall was the secret of happiness. The man gazed at his reflection in the mirror and laughed.

It is time that we all realized that we are the secret to our own happiness. Happiness is a choice that we make within. God loves us and gives each one of us the ability to fill our lives with love, joy, peace, happiness, and oneness with Him. We need only choose to do so moment by moment and day by day.

It doesn’t matter what our outer circumstances are either, because the Kingdom of Heaven is within us. Don’t spend the rest of your life searching the world for happiness then.

Just look in the mirror and laugh. Just let the happiness flow from your heart, mind, and soul until it fills your life and the lives of all those around you.



Source : Yan's Notes

3 Hal dalam Hidup


3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan

Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti^^

Time is free but it's priceless, u can't own it but u can use it. U can't keep it but u can spend it =)

Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.
*Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah^^

Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan.
*Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya^^


3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan

Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.

Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.

Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita^^

Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan^^


3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta

Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.

Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.

What is the difference between blood and friend?
>>Blood enters the heart and flows out, but friend enters the heart and stay inside.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan^^

If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more^^

Gbu all^^


Patricia Grace


MUJIZAT ITU NYATA (sebuah kisah nyata)


Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA. Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang
sama adiknya yang belum lahir itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.

Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!

Mami, ... aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.
Mami, ... aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
Mami, ... aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta
Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.

Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster.... suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!

Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.

Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya ... lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring "... You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey ..." Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.

You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, ... terus Michael! teruskan sayang! ... bisik ibunya ... The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands ... dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur ... I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same ... Sang adik kelihatan begitu tenang ... sangat tenang.

Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan ... adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai ... lalu tertidur lelap.

Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you".

Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.


Note:
Kadang hal-hal yang menentukan ... dalam diri orang lain ... Datang dari seseorang yang kita anggap lemah ... Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan ... maka bukalah mata hati kita mana tahu yang datang itu adalah pertolongan dari Tuhan sekalipun datangnya dalam wujud yang lain.


Tujuh dosa sosial menurut Mahatma Gandhi

Mahatma Gandhi, inilah tujuh dosa sosial yang meluluh lantakkan banyak sendi kehidupan:

1.Kekayaan tanpa kerja
2.Kenikmatan tanpa nurani
3.Ilmu tanpa kemanusiaan
4.Pengetahuan tanpa karakter
5.Politik tanpa prinsip
6.Bisnis tanpa moralitas
7.Ibadah tanpa pengorbanan.


dari note Ferry Zanzad

TOKO SUAMI


Sebuah toko unik yang menjual calon suami baru saja dibuka di kota New York, tempat dimana wanita dapat memilih suami yang paling tepat untuknya. Diantara instruksi2 yang ada di pintu masuk terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut.

"ANDA HANYA DAPAT MENGUNJUNGI TOKO INI SATU KALI!"

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai, dimana semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki tersebut. Anda dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya. Lalu, seorang wanita pergi ke Toko Suami tersebut untuk mencari suami yang tepat untuknya. Setelah ia membayar karcis masuk ke toko tersebut dengan harga yang cukup mahal, ia mulai memasuki lantai pertama.

Di lantai 1 terdapat tulisan...
Lantai 1: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan.

Di lantai 2 terdapat tulisan...
Lantai 2: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan dan senang anak kecil.

Di lantai 3 terdapat tulisan...
Lantai 3: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan cakep.

Wow.. pikir wanita tersebut, tapi dia masih penasaran dan ingin untuk terus naik.

Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan...
Lantai 4: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget dan suka membantu pekerjaan rumah.

Ya ampun..! Si wanita berseru, "Aku hampir tak percaya..!".

Si wanita penasaran dan tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan seperti ini...
Lantai 5: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget, suka membantu pekerjaan rumah dan memiliki sifat romantis.

Dia tergoda untuk berhenti di lantai 5, tapi kemudian dia melangkah kembali ke lantai 6 dan di lantai itu terdapat tulisan...
Lantai 6: Anda adalah pengunjung yang ke 4363012. Tidak ada lelaki di lantai ini, lantai ini hanyalah semata-mata bukti untuk wanita yang tidak pernah puas seperti anda! Terima kasih telah datang di Toko Suami. Hati-hati ketika keluar toko dan semoga hari ini adalah hari yang indah buat anda!

5 FAKTA TENTANG SUKSES :


1. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN USIA ANDA !

? Nelson Mandela, jadi presiden usia 76 tahun
? Steve Jobbs, jutawan usia 21 tahun
? Kolonel Sanders (KFC), mulai bisnis umur 65 tahun
? Winston Churchill, banyak gagal dan hambatan, baru jadi PM Inggris usia 52 tahun.
? Bill Gates, terkaya di dunia usia 41 tahun

2. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN SUKU, AGAMA,BANGSA,
WARNA KULIT DAN KETURUNAN.

? Obama : Presiden Amerika Serikat saat ini
? Jenderal Colin Powell, Martin Luther King : kulit hitam
? Confusius: anak yatim di Cina
? Charles Dickens : penulis cerita kanak-kanak Inggris, menulis di gudang, banyak naskahnya dibuang ke tong sampah oleh editornya.

3. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN (CACAT) FISIK.

? Hellen Keller: tuna netra, tuna rungu, penulis dan pendidik terkenal dunia.
? Shakespeare: cacat kaki, penulis novel.
? F.D. Roosevelt: terkena polio, presiden 32 AS.
? Beethoven: tuna rungu, komposer musik.
? Napoleon Bonaparte : sangat pendek, wajah tidak menarik, pemimpin pasukan penakluk Eropa.
? Anthony Robbins: Lulusan SMA, kegemukan, merubah persepsi tentang penampilan dan cara diet, menjadi langsing, motivator terkenal dunia.

4. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN

? Thomas Alfa Edison : pendidikan SD, 2000 paten.
? Li Ka Shing: berhenti sekolah umur14 tahun, orang terkaya di Hongkong.
? Henry Ford : tidak pernah duduk di bangku sekolah
? The Wright Brother : orang biasa dan tidak berpendidikan tinggi, menciptakan pesawat terbang pertama di dunia.
? Bill Gates, orang terkaya didunia memulai bisnis setelah lulus SMA.
? Lawrence Ellison : drop out universitas, pendiri Oracle Corp, orang terkaya kedua didunia.

5. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN LATAR BELAKANG KELUARGA

? Andrew Carnegie : bekerja usia 13 tahun, keluarga sangat miskin, menjadi Raja Besi Baja dunia.
? Walt Disney : usia 20 tahun pemuda miskin dan tidak terkenal, usia 30 tahun jadi usahawan terkenal.
? Abrahan Lincoln lahir dari keluarga miskin
? Napolean Hill dilahirkan di keluarga miskin, ibunya meninggal saat dia kecil, jadi guru motivasi terkenal dunia, bukunya Think and Grow Rich : menjadi acuan pertama bagi para motivator dunia.
? Bill Clinton : ayahnya meninggal ketika masih kecil, adiknya terlibat obat terlarang.

MENGAPA BANYAK ORANG GAGAL

1. Tidak ada tujuan / goal yang tepat, tidak tahu apa yang diinginkan dalam hidup
2. Tidak pernah mencatat tujuan : hanya di kepala, tidak dikertas atau Goal Visualization atau sarana apapun.
3. Tidak ingin bertanggung jawab atas tindakannya, selalu mencari alasan atau excuse atas kegagalannya.
4. Tidak ada tindakan yang efektif : Banyak rencana, tidak ada tindakan alias No Action Talk Only (NATO).
5. Membatasi diri : menganggap tak berhak sukses karena, terlalu tua, tak punya modal, bawaan keluarga, tempat tak memungkinkan.
6. Malas : tidak mau kerja keras, selalu berusaha menggunakan cara paling mudah, cepat dan hemat waktu, tapi ingin mendapatkan uang paling banyak.
7. Berteman dengan teman-teman yang salah, hidup di lingkungan orang-orang yang gagal.
8. Tidak bisa mengatur waktu alias salah prioritas.
9. Salah memakai strategi atau cara bertindak, tidak mempunyai strategi yang paling baik. Berusaha keras, hasil nol.
10. Kurang pengembangan diri: jarang membaca, mendengar kaset, seminar, mengumpulkan informasi baru dan lain-lain.
11. Tidak ada kesungguhan atau komitmen untuk sukses: mudah putus asa atau menyerah pada waktu menghadapi rintangan.
12. Kurang menggunakan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar.
13. Kurangnya hubungan antar manusia yang baik.
14. Sombong dan menganggap diri sendiri paling hebat dan berhenti belajar.

Ingin sukses ???

Hindari 14 penyebab kegagalan tadi !

HOPE is a Waking Dream ... with LOVE everything is POSSIBLE
** sHAnTy **

Feel Every Moment


Life is like a rainbow, Good from a distance as you enjoy;
But try to capture it, And you have nothing to capture.

Don’t try to capture life, Feel every moment you live.

Pravs J - Feel Every Moment

Pravs J - Feel Every Moment

Source : http://pravstalk.com/feel-every-moment-of-life/


Give And Take

You have two hands. Take with one and with other you give.
That’s the way life works out and thats the way to live.

What you get and what you give must balance up someday.
It’s give a little, take a little all along the way.

Pravs J - Give And Take

Source : http://pravstalk.com/give-and-take/

Mengapa Jatuh ?

Kenapa bisa jatuh?
Karena tidak awas, lengah.

Mengapa bisa lengah?
Karena tidak perhatian.

Mengapa tidak perhatian?
Karena pikiran selalu tertuju ke diri sendiri.

Mengapa pikiran selalu tertuju ke diri sendiri?
Karena terlalu cinta diri.
Karena terlalu cemas untuk diri sendiri.

Ujung-ujungnya kita jatuh karena terlalu memusatkan hati dan pikiran untuk diri sendiri.

Saat punya sepeda, kita iri dengan yang punya motor.
Saat punya motor, kita iri dengan yang punya mobil dan meremehkan yang punya sepeda.
Saat punya mobil, kita iri dengan yang punya mobil mewah dan tidak ingat susahnya orang yang hanya naik motor dan sepeda bahkan naik angkot dan jalan kaki.

Saat nganggur, kita iri dengan yang sudah bekerja.
Saat sudah bekerja, kita iri dengan yang bergaji besar.
Saat sudah bergaji besar, kita mengeluh keletihan dan meremehkan pegawai rendahan.
Saat sudah jadi bos, kita bergaya hidup lebih seperti konglomerat, dan menganggap karyawan adalah beban.

Saat di bawah kita jatuh akibat iri dengki.
Saat di atas kita jatuh akibat sombong hati.
Sayangnya tidak ada manusia di posisi tengah.

Manusia sejatinya selalu dalam posisi menanjak.
Kala kita memiliki sepeda, kita lebih atas daripada mereka yang naik angkot.
Kala kita hanya bisa kontrak rumah, kita lebih atas daripada mereka yang harus ketakutan rumahnya digusur akibat rumah gubuk.
Kala kita memiliki motor, kita melihat mereka yang memiliki mobil sebagai pijakan untuk maju.
Kala kita memiliki rumah, kita melihat mereka yang memiliki gedung sebagai motivasi untuk berkembang.

Setiap menusia wajib dan berhak untuk melangkah lebih maju, melangkah melalui tanjakan hingga ke puncak.

Saat menuju puncak terbersit rasa bangga mampu melangkah setara dengan batas langit. Saat menuju kedigjayaan, percaya diri akan semakin kuat.

Saat di puncak selalu ada rasa ingin melalui puncak tanpa menyadari jika batas ketinggian yang diraih sudah maksimal dengan segala kondisi udara yang mampu ia hirup.

Saat menuju ketinggian kita menikmati kencang dan dinginnya angin yang melenakan, pemandangan yang menakjubkan, hingga kita lengah. Lengah yang akhirnya membuat diri terperosok lebih jauh akibat jarak tanah dan langit yang sudah terlalu besar.

Saat menuju ketinggian seringkali kita abaikan rasa syukur dapat menghadapi masalah-masalah yang kita hadapi kala menanjak.

Saat meraih ketinggian kita seringkali mengeluh karena beban yang berat.

Saat berjalan ke arah yang lebih tinggi terkadang kita melupakan bahwa masih banyak rekan-rekan yang masih di belakang kita untuk terus dibantu. Termasuk melupakan mereka yang di belakang kita yang turut mendorong kita untuk terus maju ke depan.

Saat menuju ketinggian seringkali bukan FOKUS TUJUAN yang dilihat, tetapi FOKUS DIRI SENDIRI yang diutamakan.

Saat berfokus kepada diri sendiri, kita akan letih karena merasa tidak mampu meneruskannya lagi. Atau juga kita akan terlalu bangga karena merasa telah menjadi seseorang yang kuat dan hebat di atas puncak. Kedua perasaan ini kemudian akan berakhir pada kejatuhan yang amat menyakitkan.

Namun bila kita berfokus kepada tujuan, kita dapat mengenal cara mengatasi medan masalah dengan semangat tanpa mengenal kata menyerah. Jalan kita mungkin sedikit terhambat akibat harus menancapkan paku pada batu cadas sebagai pijakan. Tetapi usaha yang memakan waktu tersebut akan membantu kita mencapai puncak dengan lebih mudah. Sejatinya berfokus kepada tujuan yang hendak dicapai berarti secara tidak langsung kita sudah menggenapi niat tulus kita yang terdalam yang diarahkan oleh-Nya.

Mari kita melangkah ke tempat yang lebih tinggi dalam hidup kita dengan tidak menjadi lengah ketika mencapainya.

Terinspirasi dari kutipan :
Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!


Femi Khirana
Source : kisahkisahinspiratif

Susunan Kehidupan

Suatu sore, Zahra sedang duduk bersama ayahnya di ruang keluarga. Keduanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Zahra, gadis kecil berumur 5 tahun itu sedang bermain dengan buku gambarnya. Sedang sang ayah, tampak tekun membaca majalah.

Sesaat kemudian, Zahra mendekati ayahnya. Ia lalu bertanya, “Ayah, ini gambar apa? Belum selesai ayahnya menjawab, Zahra kembali bertanya, “Kok, hewan ini ada buntutnya? Sang Ayah, dengan sabar menjelaskan semuanya. Disisihkannya majalah di tangannya dan dipeluknya Zahra.

Beberapa lama berselang, Ayah lalu berkata, “Baik, kalau sudah selesai, ayo teruskan saja sendiri ya, sayang. Ayah sibuk. Zahra pun kembali ke tempatnya semula.

Namun, belum lima menit usai, Zahra kembali datang dan bertanya banyak hal. Dia mengoceh tentang hewan, hingga hal-hal yang diluar khayalan. Ayah pun mulai tampak segan dengan semua pertanyaan itu. Sebab, ia ingin sekali menyelesaikan bacaannya. “Ah, kalau saja aku bisa menyibukkan anak ini dengan pekerjaan lain, ” gumam Ayah,” tentu, ia tak akan membuatku repot. Begitu pikirnya dalam hati.

Aha, Ayah pun menemukan ide. Diambilnya gambar rumah dari sebuah majalah lama. Dan diguntingnya gambar itu menjadi beberapa bagian. Ia ingin membuat puzzle!. Tentu, anak umur 5 tahun, akan sulit sekali menyusun puzzle yang bergambar rumah. Ia lalu berkata pada Zahra yang sejak tadi memperhatikannya.

” Zahra, sekarang Ayah punya permainan. Ayo, coba susun kembali kertas ini jadi gambar rumah. Nanti, kalau sudah selesai, baru kamu boleh kembali ke sini. (–Hmm..tenanglah aku sekarang. Aku akan bisa menyelesaikan bacaanku, dan ia pasti akan sibuk sekali dengan pekerjaan ini, begitu gumam ayah.–)

Tiba-tiba. “Aku sudah selesai!” Belum 5 menit berlalu, kini, Zahra sudah kembali dengan susunan gambar rumah itu. Ayah pun bingung, bagaimana bisa ia menyelesaikan tugas yang sulit itu? Ayah lalu bertanya, “Bagaimana caranya kamu menyusun gambar rumah ini? Pasti kamu minta tolong Bunda deh.”

Mata bulat gadis itu berbinar, “Nggak kok. Aku membuatnya sendiri. Sebab, dibalik gambar ini, ada gambar boneka kesukaanku. Jadi, aku menyusun gambar itu saja. Ini, gambar bonekaku, aku senang sekali dengannya.

Sang Ayah pun terdiam. Ia kalah, dan harus siap kembali menerima semua ocehan gadis kecilnya ini.

***

Sahabat, seringkali, kita menganggap anak-anak dengan naif. Kita kerap meremehkan pola pikir yang mereka miliki. Kita, yang sok dewasa, sering berpendapat, anak kecil, bukanlah guru yang terbaik buat kehidupan. Mereka semua hanyalah penganggu, dan sesuatu yang selalu mengusik setiap ketenangan.

Namun sayang, kita kerap salah. Dan Zahra, bisa jadi membuktikannya. Kita, seringkali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kita, adalah potongan gambar-gambar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut. Dunia, bagi kita, adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya dengan hati penuh pilu.

Dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut, yang penuh dengan keruwetan, ketakteraturan, dan kesumpekan. Dunia, bagi kita yang mengaku dewasa, adalah amarah, angkara, dengki, dan dendam, iri dan maki serta tangis dan nestapa.

Padahal, kalau kita mau menjenguk sisi lain dunia, ada banyak keindahan yang hadir disana. Ada banyak kenyamanan dan kesenangan yang mampu diwujudkannya. Ya, asalkan kita mau menjenguknya, melihat dengan lebih tekun dan jeli. Mencermati setiap bagian dari dunia yang kita sukai.

Jalin-jemalin kenyamanan yang dapat dirangkai dalam dunia, adalah sesuatu yang indah. Disana akan kita temukan kesejukan, ketenangan, kesunyian, keteraturan, keterpaduan dan segalanya, asalkan kita mau menjenguknya.

Jadi, mana potongan gambar dunia mana yang akan Anda susun? Dunia yang penuh angkara, atau dunia yang penuh cinta? Dunia yang penuh duri, atau dunia yang penuh peduli? Anda sendirilah yang akan menyusun potongan-potongan gambar itu. Susunan yang Anda pilih, akan membentuk kehidupan Anda.

Selamat menyusun potongan hidup Anda!!

Source : kisahkisahinspiratif

Menari di tengah hujan

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang priaberusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya.. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku putuskan untuk melakukannya sendiri..

Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu makan siang
bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Aku sangat terkejut dan berkata, “Dan Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?” Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, “Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, ‘kan?”

Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih tetap merinding, “Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hdupku.”

*Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagiku pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting:
*Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. “Hidup bukanlah perjuangan
menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan.” *

Source: kisahkisahinspiratif

Prinsip Kehidupan Tertinggi Pada Kondisi Tersulit

Pada tahun 1980, David kuliah di fakultas perdagangan Universitas Arlington, AS. Saat itu David masih mengandalkan kiriman dana bulanan dari orang tuanya.

Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini rumah tidak mengirimi uang ke David lagi. Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja. David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya yaitu satu keping uang logam itu ke kotak telepon.

“Halo, apa kabar,” telpon telah tersambung, ibu David yang berada ribuan km jauhnya berbicara.

David dengan nada agak terisak berkata: “Ibu, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung karena kelaparan.”

Ibu David berkata: “Anakku, ibu tahu.”

Sudah tahu kenapa masih tidak mengirim uang? David baru saja hendak melontarkan dengan penuh kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang ibu, mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung sebuah kesedihan yang mendalam.” Firasat David mengatakan ada yang tidak beres, ia cepat-cepat bertanya: “Ibu, apa yang telah terjadi di rumah?”

Ibu David berkata: “Anakku, ayahmu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini, tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan, bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya, sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah terputus. Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak dapat mengirimimu uang lagi. Ibu sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepadamu, tetapi kamu sudah dewasa, sudah saatnya mencari nafkah sendiri.”

Ibu David berbicara sampai disitu, tiba-tiba menangis tersedu sedan.

Di ujung telepon lainnya, air mata David juga menetes tak hentinya, dan ia berpikir: Kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung.

David berkata ke-pada ibunya, “Mama, jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan dapat menghidupi kalian.”

Kenyataan yang pahit telah membuat David terpukul hingga pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi, semester kali ini akan selesai, jika-lau memiliki uang, barang 8 atau 10 dollar saja, maka David mampu bertahan hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa liburan untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak mau harus drop out. Pada saat David mengatakan “Sampai jumpa”

kepada ibunya dan meletakkan gagang telpon itu sungguh luar biasa menyakitkan, prestasi kuliahnya sangat bagus, selain itu ia juga menyukai kehidupan di kampus tersebut. Sesudah meletakkan gagang telpon, pesawat telepon umum tersebut mengeluarkan bunyi gaduh, David dengan terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak kepingan dollar semburat keluar dari alat itu. David berjingkrak kegirangan, segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut.

Sekarang, terhadap uang-uang itu, bagaimana harus menyikapinya? Hati David masih merasa sangsi, diambil untuk diri sendiri pasti 100% boleh, dengan alasan, pertama karena tidak ada yang tahu, kedua, diri sendiri betul-betul sedang membutuhkan. Namun bolak-balik dipertimbangkan, David merasa tidak patut memilikinya.

Setelah melalui sebuah pertarungan konflik batin hebat, David melontarkan salah satu keping dolar itu ke dalam otomat dan menghubungi bagian pelayanan umum perusahaan telepon.

Mendengar penuturan David, customer service itu berkata: “Uang itu milik perusahaan telepon, maka itu harus segera dikembalikan ke dalam kotak telepon. ”

Setelah menutup telepon, David hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali uang dimasukkan, kotak telepon itu terus menerus memuntahkannya kembali.

Sekali lagi David menelepon customer service yang berkata: “Saya juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya sekarang minta petunjuk atasan.”

Nada bicara David yang sendirian dan tiada yang menolong memancarkan getaran kesepian dan kuyu, customer service pun dapat merasakannya, menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu.

Tak lama kemudian, customer service menelepon ulang pesawat telepon yang sedang bermasalah itu. ” Dia berkata kepada David: “Saya telah memperoleh ijin dari atasan yang berkata uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat ini tidak punya cukup tenaga, tak ingin hanya demi beberapa dollar khusus mengirim petugas ke sana.”

“Hore!” David meloncat saking gembiranya. Sekarang, uang logam itu secara sah telah menjadi miliknya.

David membungkukkan badannya dan dengan seksama menghitungnya, total uang 9 dollar 50 sen. Uang sejumlah ini cukup buat David untuk bertahan hingga bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan nanti.

Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum terus. Ia memutuskan membeli makanan dengan menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.

Dalam sekejap liburan telah tiba, David telah memperoleh pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket. Pada hari tersebut, David menjumpai atasan sebuah perusahaan supermarket dan menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon umum serta keinginannya untuk mencari pekerjaan.

Atasan ini memberitahu David boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja, sewaktu kuliah jika tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung, karena atasan ini merasa David adalah orang yang tulus dan jujur, terutama adalah orang yang seksama untuk membenahi gudang, mutlak bisa dipercaya.

David bekerja dengan sangat giat, si atasan sangat menhargainya dan juga merasa kasihan. Kadang diberinya David upah dobel.

Sesudah menerima gaji, David me-ngirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David sudah mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea siswa untuk satu semester berikutnya.

Sesudah 1 bulan, uang tersebut dikirim balik ke David. Sang ibu menulis di dalam suratnya: “Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah mendapatkan pekerjaan dan bisa mempertahankan hidup.” Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan."

Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi. David tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada David yang juga memerlukan bantuan.

Setiap kali memikirkan hal ini, David berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.

Setahun kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David membuka sebuah perusahaan, tahun pertama, David sudah mengantongi laba sebesar US $ 100. 000.

Ia senantiasa tak bisa melupakan kejadian di telepon umum. Ia menulis surat kepada perusahaan telepon tersebut: “Hal yang tak bisa saya lupakan dalam hidup saya ialah perusahaan anda secara tak terduga telah membantu dana US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini, telah membuat saya batal menjadi pemuda drop out dan miskin, bersamaan itu juga telah memberi saya energi tak terhingga yang mendorong saya setiap saat untuk terus berjuang. ”Kini saya mempunyai uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US $ 10.000 kepada perusahaan anda, sebagai rasa terima kasih saya.”

Eksekutif perusahaan telepon bernama Bill membalasnya dengan surat penuh antusiasme: “Selamat atas kesuksesan kuliah anda dan usaha yang telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya merujuk pada $9,50 yang dikembalikan dengan $ 10.000, melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan: dalam kondisi paling sulit, pertama, jangan lupakan harapan yang sudah ada di depan mata, kedua, jangan lupa menjaga moralitas.”

20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David sekarang? Di kota Chicago,AS, terdapat sebuah gedung mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah bilik telepon umum, itu adalah gedung perusahaan ADDC.

Pendiri perusahaan ADDC, presiden direktur saat ini, ialah David. Disamping itu David juga adalah salah satu penyumbang terbesar yayasan amal Felix Foundation. (Mingxin.net/whs)

Kehidupan itu seperti Bawang Bombay

Sebuah kado bagi yang telah menikah:
Semoga mensyukuri kehidupan pernikahan
————————————————–-

Menjelang istirahat suatu kursus pelatihan, sang pengajar mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan. ‘Siapakah orang yang paling penting dalam hidup Anda?’

Pengajar meminta bantuan seorang peserta maju ke depan kelas. ” Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan kehidupan Anda saat ini”

Peserta perempuan itu pun menuliskan 20 nama di papan tulis. Ada nama tetangga, teman sekantor, saudara, orang-orang terkasih dan lainnya.

Kemudian pengajar itu menyilakan memilih, dengan mencoret satu nama yang dianggap tidak penting. Lalu siswi itu mencoret satu nama, tetangganya. Selanjutnya pengajar itu menyilakan lagi siswinya mencoret satu nama yang tersisa, dan siswi itu pun melakukannya, sekarang ia mencoret nama teman sekantornya. Begitu seterusnya.

Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersisa 3 nama. Nama orang tuanya, nama suami serta nama anaknya.

Di dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi. Semua peserta pelatihan mengalihkan pandangan ke pengajar. Menebak-nebak apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh pengajar itu. Ataukah, selesai sudah tak ada lagi yang harus di pilih.

Namun dikeheningan kelas sang pengajar berkata :

“Coret satu lagi !!”

Dengan perlahan dan agak ragu siswi itu mengambil spidol dan mencoret satu nama.

Nama orang tuanya.

“Silakan coret satu lagi !”

Tampak siswi itu larut dalam permainan ini. Ia gelisah. Ia mengangkat spidolnya tinggi - tinggi dan mencoret nama yang teratas dia tulis sebelumnya.

Nama anaknya.

Seketika itupun pecah isak tangis di kelas.

Setelah suasana sedikit tenang, pengajar itu lalu bertanya :

“Orang terkasih Anda bukan orang tua dan anak Anda? Orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda. Anda yang melahirkan anak. Sedang suami bisa dicari lagi.

Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?”

Semua mata tertuju pada siswi yang masih berada di depan kelas. Menunggu apa yang hendak dikatakannya.

” Waktu akan berlalu, orang tua akan pergi meninggalkan saya. Anakpun demikian. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya. ”

……………………………………..

Kehidupan itu bagaikan bawang bombay.
Ketika di kupas selapis demi selapis, akan habis.

Dan adakalanya kita dibuat menangis.

Source : kisahkisahinspiratif

9 Renungan Motivasi

9 Renungan Motivasi







Berikut ini artikel untuk merubah Cara Pandang di dalam diri sendiri (Self Reframing) :

1.TAKLUKKAN DIRI SENDIRI

“Dia yang bisa menaklukkan orang lain adalah manusia kuat.
Dia yang bisa menaklukkan dirinya sendiri adalah manusia super.” (Lao Tze)

Perenungan Diri:
1. Malam hari sambil berbaring tidur, ambil waktu 1 - 2 menit.
2. Lakukan refleksi kegiatan hari ini secara cepat saja.
3. Tanyakan ke dalam diri sendiri: “Apakah masih ada emosi negatif yang tersimpan dalam diriku saat ini ?”
4. Lalu, tarik nafas yang dalam dan tahan nafas selama yang bisa Anda lakukan.
5. Bayangkan kejadian yang menimbulkan emosi negatif tersebut.
6. Buang dan lepaskan dengan menghembuskan nafas sepanjang mungkin.
7. Lanjutkan dengan bernafas perlahan saja, dan makin perlahan, sampai seluruh badan terasa rileks bak tanpa otot.
8. Diam sejenak dan ambil keputusan untuk berubah, misalnya: “Besok mau senyum aja aaah…” dan tidurlah dengan senyum… zzz…zzz…
Karena jika dengan ikhlas kita mulai bisa menaklukkan diri sendiri, maka kekalahan bukan lagi kekalahan, bukan?

2. BELAJAR DARI KEKALAHAN

“Jika Anda belajar sesuatu dari kekalahan, sesungguhnya Anda tidak kalah” ( Zig Ziglar )

Saat Anda “merasa” kalah, lakukan berikut:
- Duduk diam dan tarik nafas panjang
- Cari penyebab kekalahan tersebut (cepat saja)
- Ambil pelajaran dari kekalahan itu
- Pejamkan mata: Tersenyumlah dan bersyukur
- Hembuskan nafas secepat mungkin
- Bangkit dan lompatlah setinggi mungkin
“Jika Anda belajar sesuatu dari kekalahan, sesungguhnya Anda tidak kalah”
Pasti ada hikmah dari setiap kejadian, walau diberi nama “kalah”.

3. PELAUT TANGGUH …

(Bayangkan WS Rendra, ucapkan syukur dan hormat sebagai rasa kagum pada dia, masuk ke dalam diri dia dan bacakan lirik di bawah ini, bak WS Rendra)

Hidup adalah rangkaian masalah.
Jika kita melihatnya sebagai masalah.
Hidup adalah rangkaian tantangan.
Jika kita melihatnya sebagai peluang.
Tantangan penting untuk otot pikiran.
Tantangan membuat kita bertumbuh.
Tantangan membuat kita kreatif.
(baca berikut ini sambil hembuskan nafas)
Bersyukurlah jika kita mempunyai tantangan.
Karena artinya kita memiliki peluang.
(tahan nafas di perut dan baca dengan keyakinan kuat)
Ya, sebuah peluang untuk Menang.
Pepatah kuno mengatakan:
“Lautan yang tenang, tidak menghasilkan pelaut yang tangguh”
Atasilah masalah dengan:
Tetaplah tersenyum.
Tetaplah bergandengan tangan.
Kita hanyalah berbeda, itu saja.

4. GIAT BEKERJA KUNCI SUKSES

“Tidak Ada Jalan yg Mulus utk Sukses, Giat Bekerja Adalah Kuncinya” (George G Williams )

Perenungan Diri:
Hasil penelitian mengatakan bahwa Ketekunan, Keuletan, Kegigihan akan membuat otot di seluruh tubuh kuat, baik otot badan, otot tangan, otot kaki, bahkan “otot” di otak kita. Yang paling penting adalah membuat kuat Otot Pikiran kita.

“Anda tidak mungkin memahami Work Smart, sebelum Anda memiliki mental Work Hard” (Krishnamurti)

Situasi Indonesia boleh tidak menentu, tetapi nasib kita haruslah kita yang menentukan.
Kita cukup bergiat pada hal yang bisa kita kendalikan.

5. SIAPA YANG KAYA?

“Siapa yang kaya? Dia yang bersukacita dengan apa yang dimilikinya.” (Benjamin Franklin)

Perenungan Diri:
Bersukacita dan bersyukur dengan apa yang kita miliki, justru akan membuat kita semakin bertambah makmur dan sejahtera. Hukum alam semesta mengenai sukses ini sebenarnya sederhana sekali. Kita hanya perlu keyakinan diri saja bahwa hal ini benar.

6. CHOOSE TO BE HAPPY …

We always have a choice
We can choose to be happy
or we can choose to be grumpy
But It’s always better, smarter and wiser
to choose to be happy… (Melody Ross)

Perenungan diri: (baca dalam hati dengan tempo lambat)
“Bukankah hidup ini adalah pilihan?” (baca lebih lambat)
“Bukankah hidup ini adalah pilihan?” (baca lebih lambat lagi)
“Bukankah hidup ini adalah pilihan?”

7. SETIA PADA HAL KECIL

Bukan tindakan besar dan hebat,
yang menentukan hidup kita,
melainkan kesetiaan dalam menekuni
pekerjaan-pekerjaan kecil dan tidak berarti …. (bunda Teresa)

Perenungan Diri:
Bacalah pesan di atas berulang-ulang sampai meresap.
Bisa dengan cara pelan, sangat pelan, bahkan sangat, sangat pelan.
Boleh juga baca dalam hati dengan perasaan mantap.
Atau, diulang-ulang dalam hati untuk bagian tertentu.
“kesetiaan menekuni pekerjaan-pekerjaan kecil”
“kesetiaan menekuni pekerjaan yang tidak berarti”
Ya, memang mudah untuk dibaca, namun perlu kebesaran hati untuk mencerna.
Dan, tekad besar untuk menelannya.
Agar jadi bagian indah dalam gelora darah kita.
Karena sang musuh adalah di ego diri.
Tapi, mungkin!

8. IMPIAN PERLU UJIAN

(Baca gaya retorik Bung Karno)
kala impian membuat kita berbeda
kala cara pikir kita ditertawakan
kala senyuman kita disiniskan
kala warna semangat mulai meluntur
kala impian membuat hati bias

justru teruslah maju dan berpegang
teruslah berpegang pada impian kita
bangunlah keyakinan demi keyakinan

bukankah layang-layang terbang tinggi
karena melawan arah angin

(tarik nafas dalam dan tahan, lalu lanjutkan baca dengan keyakinan)
impian kita hanya perlu diuji
diuji untuk membangun keyakinan
(baca berikut ini sambil hembuskan nafas panjang)
keyakinan untuk mencapainya

9. TUM SPIRO, SPERO

“Tum Spiro, Spero” artinya:
“Selama Kita Bernafas, Kita Berusaha”
Buanglah kata menyerah dalam hidup ini.
Hidup ini sangat berarti, berkaryalah.
Karena kita adalah manusia, makhluk luar biasa.
Teruslah berjuang sampai nafas yang terakhir.

Sediakan waktu untuk sendiri. Untuk Diam. Untuk Meditasi. Untuk Merenung. Untuk ssst… diaaam, agar hikmah terdengar bunyinya.

Hening membuat bening…
Bening membuat jelas…

Krishnamurti

4 Lilin

4 lilinAda 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

Suorce : http://www.emotivasi.com/2008/09/06/4-lilin/

5 menit saja

5 menit saja

Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah. “Tuh.., itu putraku yang di situ,” katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu berbinar, bangga.

“Wah, bagus sekali bocah itu,” kata bapak di sebelahnya. “Lihat anak yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku,” sambungnya, memperkenalkan. Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya. “Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?” Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, “Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok,yaaa…?”

Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. “Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?” Lagi-lagi Jack memohon, “Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?” pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pria itu bersenyum dan berkata, “OK-lah, iyalah…”

“Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar,” ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu. Pria itu membalas senyum, lalu berkata, “Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya….”

Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas. Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?


Source : http://www.emotivasi.com/2008/09/06/5-menit-saja/

Roots and Wings

"Two great things you can give your children:
one is Roots,
the other is Wings.
"
- Hodding Carter



Pertama sekali mengetahui ungkapan Roots and Wings ini, saya sangat kagum karena pilihan kata dan metaforanya. Kemudian beberapa minggu setelah kekaguman itu, saya berbagi cerita dengan beberapa orang yang kebanyakan sudah menjadi orangtua. Orangtua yang harus mengajari dan membimbing anak-anaknya. Pembicaraan berkisar tentang pendidikan, khususnya pendidikan anak-anak, lebih khusus lagi pendidikan anak yang dimulai dari rumah, dari keluarga, oleh ayah-ibunya. Baru kemudian pendidikan di sekolah.

Banyak orangtua mengeluh tentang anak zaman sekarang yang 'tidak seperti dulu'. Dulu katanya, siswa segan kepada guru. Siswa sangat menghormati guru-gurunya. Dari cerita-cerita, jika akan berpapasan di jalan, sering seorang siswa akan 'sembunyi' atau 'minggir' dulu, agar tidak berhadapan langsung dengan gurunya. Bisa dimengerti, siswa berlaku seperti itu bukan karena ketakutan, tapi karena rasa hormat kepada gurunya. Sebaliknya, anak sekarang dipandang tidak disiplin, gampang patah semangat, mudah putus asa, suka hura-hura, tidak mau mengambil tanggung jawab, tidak hormat kepada guru dan orangtua. Tapi benarkah demikian?

Setelah sekian lama saya merenungi ungkapan yang indah penuh makna itu, saya mulai dapat mencerna apa yang dimaksud dengan akar dan sayap itu. Awalnya, saya mendapatkan ide itu dari seorang pendidik Jesuit Australia. Suatu saat, saya bercerita dengan seseorang yang sangat concern dengan masalah itu. Dengan kebaikan hatinya, beliau kemudian mengirimi saya sebuah buku yang sangat luar biasa karya Jay B. McDaniel. Pemahaman saya semakin diperdalam dengan mendapatkan pencerahan yang sangat bagus dari Jay B. McDaniel.

McDaniel memulai tulisannya dengan cerita suatu kunjungan seorang rabi yang sengaja diundangnya ke tempatnya mengajar, karena McDaniel mengajar khusus tentang agama-agama dunia. Rabi Eugene Levy diundang untuk berbicara dan mengajar di kelasnya. Tapi karena sesuatu yang tidak diingat McDaniel lagi, sampailah ke pembicaraan tentang kehidupan dan tradisi keluarga dalam lingkungan Yahudi. Rabi Levy menyampaikan gambaran akar dan sayap itu. Dan di situlah McDaniel mengetahui pertama sekali metafora itu.

Secara bebas, pembicaraan mereka seperti ini:

Rabi Levy berkata, "Dalam mendampingi anak-anak, Engkau harus memberi mereka Akar dan Sayap. Engkau harus membuat anak-anak menanamkan fondasi yang kuat dan merasa aman. Mereka harus menghayati grounded to the earth dan to know where home is, misalnya. Tapi Engkau juga harus memberi kemampuan to think new thoughts, to feel new feelings, dan to be able to fly in new directions."

"Kalau kita beri anak itu sayap, bagaimana kalau dia lari lepas?", tanya McDaniel setengah bercanda, setengah serius.

"Dia tidak akan lari, karena dia punya akar yang menjaganya?" sahut Rabi Levy.

"Kalau memang lepas dan tidak kembali?", tanya McDaniel lagi. McDaniel langsung serius karena saat itu dia sedang membesarkan dua orang anaknya.

Kemudian Rabi Levy berkata, "Engkau harus mengambil risiko itu!"
Rabi Levy melanjutkan, "Mungkin saja anak-anak mencederai akarnya dengan sayapnya. Tapi kita tetap harus memberi mereka sayap karena tanpa itu mereka tidak dapat bertumbuh; mereka mungkin seperti tercekik atau mati lemas. Jadi berikan mereka SayapAkar sebagai penuntun untuk dipelihara. Untuk itulah sebenarnya orangtua ada."





ditulis oleh Frans. Nadeak
http://www.facebook.com/nadeak



Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
aku bermimpi ingin mengubah dunia

Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
kudapati bahwa
dunia tidak kunjung berubah

Maka cita-cita itu pun agak kupersempit
lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku,
Namun, tampaknya hasrat itu pun tiada hasilnya

Ketika usiaku semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersisa
kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
orang-orang yang paling dekat denganku
tetapi celakanya,

mereka pun tidak mau berubah !

Dan kini,
sementara aku berbaring saat ajal menjelang,
tiba-tiba kusadari :

Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan,
mungkin aku bisa mengubah keluargaku,
lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku,
kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah
dunia

Sumber : http://b371ny03.blogspot.com/2009/08/hasrat-untuk-berubah.html

NILAI YANG BERBEDA

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama.

Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermarket lokal. Kaleng coca cola pertama diturunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya yang diberi harga Rp.4.000,00.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500,00.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp.60.000,00.

Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada di lingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA


Source : http://www.emotivasi.com/2008/06/16/coca-cola-dalam-renungan/

Prinsip 90/10

Prinsip ini akan akan merubah pola hidup anda (minimal cara reaksi anda menghadapi segala situasi).
Bagaimana prinsip dari 90/10 ?
10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami.
90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi. *Apa maksudnya ?*
Anda tidak dapat mengendalikan 10% yang akan terjadi pada diri anda.
*Contohnya :*
Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana anda.
Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini. Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat menentukan yang 90% ini.
*Bagaimana caranya ?* …. Dari cara reaksi anda. Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi anda. Jangan membiarkan orang lain menipumu; anda dapat mengontrol bagaimana cara anda bereaksi. Marilah kita lihat contoh dibawah ini :
*Kondisi 1*
Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.

*Reaksi anda :* Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan
mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir diujung meja. Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis. Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda
buru-buru ke mobil dan mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda telat, anda laju mobil dengan kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam.
Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,- karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit. Setelah tiba di kantor dimana anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau tas anda tertinggal di rumah. Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk. Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah. Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan
istri dan anak anda. *Mengapa ?* … Karena cara anda bereaksi pada pagi hari. *Kenapa anda mengalami hari yang buruk ?*
1. Apakah penyebabnya karena
kejatuhan kopi ?
2. Apakah penyebabnya karena anak
anda ?
3. Apakah penyebabnya karena polisi
lalu lintas?
4. Apakah anda penyebabnya ?
Jawabannya adalah No.4.
Anda tidak dapat mengendalikan setelah apa yang terjadi pada cangkir kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata penyebab hari buruk anda. Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya terjadi.
*Kondisi 2*
Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda berkata lembut : “Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya”. Anda ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke anda.
Anda kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan mengatakan, “Sampai jumpa makan malam nanti.” Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur
staff anda. Bos anda mengomentari semangat dan kecerahan hari anda di kantor. *Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut ?* 2 (dua) skenario berbeda, dimulai
dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan kondisi berbeda. *Mengapa ?* Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi. Anda tidak dapat mengendalikan 10%
dari yang sudah terjadi. Tetapi yang 90% tergantung dari reaksi anda sendiri. Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut mempengaruhi anda.
*Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan anda : kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain.* *Bagaimana reaksi anda jika seseorang
menyebakan anda macet dan terlambat masuk kantor ? Apakah anda akan marah ? Memukul stir mobil ? Memaki-maki ? Apakah tekanan darah anda akan naik cepat ?*
*Siapa yang peduli jika anda datang telat 10 detik ? Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak hari anda ?* Coba ingat prinsip 90/10, dan jangan khawatir masalah anda akan cepat terselesaikan.

Contoh lain :*
- Anda dipecat.
*Mengapa sampai tidak bisa tidur dan khawatir? * Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.
- Pesawat terlambat.
Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. *Kenapa anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara ?* Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa yang terjadi. *Kenapa harus stress ?* Kondisi ini justru akan memperburuk kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain. Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya sangat
menakjubkan. Sudah berjuta-juta orang menderita akibat tekanan stress, masalah berat, cobaan hidup dan sakit hati dan hal ini sebenarnya dapat diatasi jika kita
mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.

DIJAMIN AKAN MERUBAH POLA HIDUP ANDA.
NIKMATI HIDUP INI !!