Waktu

Bayangkan ada sebuah bank yang memberimu pinjaman uang sejumlah Rp. 86.400,- setiap paginya.
Semua uang itu harus kau gunakan.
Pada malam hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak kau gunakan selama sehari. Coba tebak, apa yang akan kau lakukan? Tentu saja, menghabiskan semua uang pinjaman itu.

Setiap dari kita memiliki bank semacam itu; bernama WAKTU. Setiap pagi,
ia akan memberimu 86.400 detik. Pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yang tidak kau gunakan untuk tujuan baik, karena ia tidak memberikan sisa
waktunya padamu. Ia juga tidak memberikan waktu tambahan. Setiap hari ia akan
membuka satu rekening baru untukmu. Setiap malam ia akan menghanguskan yang
tersisa. Jika kau tidak menggunakannya maka kerugian akan meninpamu.

Kamu tidak bisa menariknya kembali. Juga, kamu tidak bisa meminta "uang
muka" untuk keesokan hari. Kamu harus hidup di dalam simpanan hari ini. Maka
dari itu, investasikanlah untuk kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesanmu.

Jam terus berdetak. Gunakan waktumu sebaik-baiknya.

Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas.

Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan prematur.

Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.

Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu.

Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.

Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.

Agar tahu pentingnya waktu SEMILI DETIK, tanyakan pada peraih medali perak Olimpiade.

Source : Sy and Unknow

Kupu Kupu dan Kepompong

Seseorang menemukan dan mengamati sebuah kepompong dimana terdapat sebuah lubang kecil dan muncul seekor calon kupu-kupu. Dia duduk tertegun mengamati proses perjuangan kupu-kupu yang berusaha keluar melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya kupu-kupu itu kelelahan dan telah berusaha sekuat tenaga namun benar-benar nampak kesulitan untuk bergerak lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya, tapi dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut masih mengamatinya karena dia berharap beberapa saat lagi sayap-sayap itu akan mekar sehingga mampu menopang tubuhnya, berkembang dan terbang. Tapi sayang, apa yang diharapkannya tak pernah terjadi.

Pada kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak di sekitar tempat itu dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari maksud baik dan ketergesa-gesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil itu adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari dalam tubuh kupu-kupu itu mengalir ke sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga dia akan siap terbang begitu dia keluar dari kepompong tersebut.

Ada saatnya kita memberikan bantuan kepada orang lain, tapi terkadang kita juga harus membiarkan orang tersebut berusaha sendiri untuk mencapai tujuan dalam hidupnya, sehingga yang diuntungkan bukan saja orang tersebut melainkan juga kita yang melihat dia berhasil.

Source : LionHeart

Kata Kata Bijak

Amarah adalah pencuri yang mencuri saat-saat manis anda. (Joan Lunden)

Anda tidak dihukum karena kemarahan anda, anda dihukum oleh kemarahan anda.
(Buddha)

Orang yang berdoa tetapi tidak berusaha adalah seperti orang yang
menembakkan panah tanpa tali busur. (Ali Bin Abi Thalib R.A.)

Tak baik berdiam diri dalam kebijaksanaan, sama sebagaimana tak baik
berbicara dalam kejahilan. (Ali Bin Abi Thalib R.A.)

Carilah kebenaran sebelum kebenaran mencari kamu.

Jauhilah harta duniawi karena akan membawamu pada kebutaan hati, dan
kebutaan hati akan membawamu pada kematian.

Ia yang berbuat salah dan tidak memperbaikinya, sedang berbuat salah lagi.
(Kung Fu-Tze)

Ia yang bijak akan merasa malu, jika kata-katanya lebih baik daripada
tindakannya. (Kung Fu-Tze)

Ia yang mencintai Kebenaran lebih baik daripada yang mengetahui Kebenaran.
Tetapi, ia yang mengamalkan Kebenaran jauh lebih baik daripada yang
mencintai Kebenaran. (Kung Fu-Tze)

Source : Lion Heart

Kembalikan Keranjang Itu....

Suatu saat ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang suami.
Orang tua ini sangat rewel, cepat tersinggung, dan tak pernah berhenti mengeluh.
Akhirnya suami istri itu memutuskan untuk mengenyahkannya.

Sang suami memasukkan ayahnya ke dalam keranjang yang dipanggul di bahunya.
Ketika ia akan meninggalkan rumah, anak lelakinya yang baru berusia sepuluh
tahun muncul dan bertanya, "Ayah, kakek hendak dibawa kemana?"

Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa
belajar hidup sendiri. Anak itu terdiam. Tapi pada waktu ayahnya sudah berlalu, ia berteriak, "Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya."

Ayahnya merasa aneh, sehingga ia berhenti dan bertanya mengapa. Anak itu menjawab, "Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua."

Sang ayah segera membawa kembali sang kakek. Sejak saat itu mereka memperhatikan kakek itu dengan penuh perhatian dan memenuhi semua
kebutuhannya.


"Hukuman" yang kita berikan pada orang lain, mungkin akan berbalik pada diri kita sendiri. (Anthony de Mello)

Kisah Si Ujang

Tampang bingung. Itulah gambaran yang bisa dilukiskan
di wajah seorang bocah 6 tahun, saat melihat lalu-
lalangnya kendaraan di jalan. Bocah itu seakan tidak
memperdulikan hilir mudik orang-orang yang melaluinya
bahkan ada beberapa orang yang hampir menendangnya.
Dia pun seakan tidak senang saat beberapa orang
yang lewat memasukan uang receh ke dalam kaleng
yang sengaja di simpan di depannya.

"Sudah dapat berapa Ujang?" sapa seorang wanita umur
40 tahunan yang mengagetkan si Ujang. Si Ujang
menengok wanita yang nampak lebih tua dari umur
sebenarnya. Wanita itu tiada lain adalah ibunya
yang sama-sama membuka praktek mengemis sekitar 100-
200 meter dari tempat si Ujang mengemis.

"Nggak tahu Mak, hitung aja sendiri," jawab si
Ujang sambil melihat kaleng yang ada di depannya.
Tanpa menunggu wanita yang dipanggil Emak itu
mengambil kaleng yang ada di depan si Ujang.
Kemudian isi kaleng tersebut ditumpahkan ke
atas kertas koran yang menjadi alas mereka duduk.

"Lumayan Ujang, bisa membeli nasi malam ini.
Sisanya buat membeli kupat tahu besok pagi." Kata
si Emak sambil tersenyum lebar, karena rezeki
malam itu lebih banyak dari hari-hari biasanya.

"Mak..." kata si Ujang tanpa menghiraukan ucapan
ibunya, "koq orang lain punya mobil? Kenapa Emak
nggak punya?" Tanya si Ujang sambil menatap wajah
ibunya.

"Ah, si Ujang mah, ada-ada saja, boro-boro punya
mobil, saung aja kita mah nggak punya." kata si
Emak sambil tersenyum. Si Emak kemudian membungkus
uang yang telah dipisahkannya untuk besok dengan
sapu tangan yang sudah lusuh dan dekil.

"Iya, tapi kenapa Mak?" Rupanya jawaban si Emak
tidak memuaskan si Ujang.

"Ujang .... Ujang...." kata si Emak sambil tersenyum.
Kita tidak punya uang banyak untuk membeli mobil."
kata si Emak mencoba menjelaskan. Tetapi nampaknya
si Ujang belum puas juga,

"Kenapa kita tidak punya uang banyak Mak?" tanyanya
sambil melirik si Emak.

"Kitakan cuma pengemis, kalau orang lain mah kerja
kantoran jadi uangnya banyak." kata si Emak yang
nampak akan beranjak. Seperti biasa sehabis
matahari tenggelam si Emak membeli nasi dengan
porsi agak banyak dengan 3 potong tempe atau tahu.
Satu potong untuk si Emak sedangkan 2 potong untuk
si Ujang anak semata wayangnya.

Sekembali membeli nasi, si Ujang masih menyimpan
pertanyaan. Raut wajah si Ujang masih nampak bingung.

"Ada apa lagi Ujang?" kata si Emak sambil menyeka
keringat di keningnya.

"Kenapa Emak nggak kerja kantoran saja?" tanya si
Ujang dengan polosnya.

"Siapa yang mau ngasih kerjaan ke Emak, Emak mah
orang bodoh, tidak sekolah." Jawab si Emak sambil
membuka bungkusan yang dibawanya.

"Udah ..., sekarang makan dulu mumpung masih hangat!"
Kata si Emak sambil mendekatkan nasi ke depan si
Ujang. Si Ujang yang memang sudah lapar langsung
menyantap makanan yang ada di depannya.

"Kenapa Emak nggak sekolah?" tanya si Ujang sambil
mengunyah nasi plus tempe.

"Orang tua Emak nggak punya uang, jadi Emak nggak
bisa sekolah."

"Ujang bakal sekolah nggak?" kata si Ujang sambil
menatap mata si Emak penuh harap.

Emak agak bingung menjawab pertanyaan si Ujang.
Lamunan Emak menerawang mengingat kembali mendiang
suaminya, yang telah mendahuluinya. Mata si Emak
mulai berkaca-kaca. Karena gelapnya malam, si Ujang
tidak melihat butiran bening yang mulai menuruni
pipi wanita yang dipanggil Emak tersebut. Karena
tak kunjung dijawab, si Ujang bertanya lagi

"Kalau Ujang nggak sekolah, nanti kayak Emak lagi
dong. Iya kan Mak?"

Pertanyaan Ujang makin menyesakan dada si Emak.
Siapa yang ingin punya anak menjadi pengemis,
tetapi si Emak bingung harus berbuat apa. Si Emak
cuma melanjutkan menghabiskan nasi sambil menahan
tangisnya.

Akhirnya si Ujang pun diam sambil mengunyah nasi
yang tinggal sedikit lagi. Deru mesin mobil
menemani dua insan di pinggir jalan yang sedang
menikmati rezeki Tuhan yang mereka dapatkan.
Diterangi lampu jalan mereka pun mulai berbenah
untuk merebahkan diri. Dikepala si Ujang masih
penuh tanda tanya, mau jadi apa dia kelak.
Apakah akan sama seperti Emaknya saat ini?

Source : LionHeart

Jadilah Pelita!, Belajar dari kisah orang buta

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.

Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok."

Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut.

Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

***

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!"

Si buta tertegun?. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

***

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama."

Senyap sejenak? secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya?," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

***

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa
ikut melihat jalan mereka."

***

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi
bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita. Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan:

Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Source : LionHeart

Take your first step!

Pada dasarnya motivasi adalah sebuah dorongan, sedangkan pikiran negatif adalah gravitasi. Yang satu mengangkat anda dan yang lainnya menjatuhkan anda. Sayangnya berpikir negatif itu jauh lebih mudah daripada berpikir positif. Tetapi coba renungkan, ?Ketika kita meluncurkan roket ke ruang angkasa, dibutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk meluncurkannya pada sekian ribu kilometer pertama ketimbang kebutuhan bahan bakar untuk menyelesaikan sisa perjalanan menuju bulan. Begitu anda terbang, mulai naik keatas dan keluar dari kerumunan negatif dibawah, maka pergerakan menuju sisa perjalanan menjadi lebih mudah. Dibutuhkan fokus serta usaha untuk menjauhkan diri dari mereka-mereka yang berpuas diri dengan posisinya saat itu, tetapi begitu anda berhasil menjauhkan diri dari mereka, dengan mudah anda mampu menambah kecepatan bahkan dengan bertambahnya usia sekalipun, sungguh mengasyikkan bukan?

Bagaimana agar termotivasi? Ambil sebuah pena dan tuliskan di selembar kertas setidaknya sepuluh hal yang anda syukuri: Kesehatan anda, pekerjaan anda, pakaian anda, rumah anda, mobil anda, keluarga anda, teman-teman anda, apapun..

Berikutnya, buatlah daftar hal-hal yang anda ingin miliki: Mobil baru, usaha yang berhasil, jabatan yang lebih baik, rumah yang lebih besar, keluarga yang bahagia atau sepatu baru sekalipun. Sekarang coba tanyakan pada diri sendiri:?Apakah yang dapat kulakukan untuk mendapatkan hal-hal yang kuinginkan itu?? Mungkin anda harus membaca buku-buku yang inspirasional, mengikuti seminar-seminar, kursus atau sekolah lagi, atau mengembangkan relasi-relasi baru. Ingatlah bahwa motivasi pada dasarnya adalah sebuah dorongan dan pernyataan bahwa ?kata-kata saja tidak cukup untuk mengubah sesuatu, tapi tindakan-lah yang akan mengubah realita? adalah benar adanya.

Kita semua pernah mengalami enggan mengerjakan sesuatu yang harus kita kerjakan, tetapi dalam proses mengerjakan kita temukan bahwa ternyata tidak sesulit atau seburuk yang kita sangka, tetapi justru mengasyikkan. Semuanya itu dimulai dengan langkah pertama. Pembicara Joe Sabah dengan bijaksana menyimpulkan ?Anda tidak perlu hebat untuk memulai, tetapi anda harus memulai untuk menjadi hebat?. Langkah pertama itu membuat langkah berikutnya terasa mudah dan tiba-tiba anda sudah melesat jauh tinggi.


--------------------
~^~ tHe JOuRnEY oF ThoUsAND miLEs BEGiN wIth SingLe sTEp ~^~ Lao Tze

Source : LionHeart

What A Salesman..

One day, a young man goes to apply for a sales job at a major department store. He tells the sales manager that he doesn't really have any experience, but he is willing to try his hardest to learn. The manager likes his attitude and decides to give the guy a chance.

At the close of business the next day, the sales manager decides to stop in to see how the kid is doing on his first day.
He asks, "How many sales did you have today?"
The salesman answers, "One."
"How come only one," asks the manager. "Most of my salesman have 20-30 per day! How much was the one sale you made?"
The salesman answers, "$133,344.00"
"WHAT!?! What did you sell?"

"Well, a guy wanted a small fishing hook, so I sold him a medium fishing hook, then I sold him a large fishing hook. Then he needed a rod, so I sold him a light action rod, the upgrade to a medium action rod, and then changed it to a fully balanced combo. Then I told him he was going to need a boat, so I took him to the boating department and sold him a 14-foot motor boat, then upgraded him to a 20-foot cabin cruiser. Then I told him that his Volkswagen wouldn't be able to tow the boat, so I took him to the car department and sold him a sport utility vehicle."

"A guy came in for a fishing hook and you managed to sell him all of that?" asked the manager.
"No, he came in for a box of tampons, and I said, "Hell, your weekend is shot anyway, why not do some fishing?"

is it possible to implement??? i think so...

Source : LionHeart

Sebelum kamu mengeluh ....

Sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa,
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda,
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

Sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup!

Saya belajar...

Saya belajar,
bahwa tidak ada yang instant atau serba
cepat di dunia ini, semua butuh proses
dan pertumbuhan, kecuali saya ingin
sakit hati...

Saya belajar,
bahwa saya harus memilih apakah
menguasai sikap dan emosi atau sikap dan
emosi itu yang menguasai diri saya...

Saya belajar,
bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi
itu bukan berarti saya harus benci dan
berlaku bengis...

Saya belajar,
bahwa kata-kata manis tanpa tindakan
adalah saat perpisahan dengan orang yang
saya cintai...

Saya belajar,
bahwa orang-orang yang saya kasihi
justru sering diambil segera dari
kehidupan saya...

Saya belajar,
bahwa saya harus belajar dari kesalahan
yang pernah saya lakukan dan hidup untuk
masa depan, bukan terus menerus melihat
ke masa lampau...

Saya belajar,
bahwa cinta itu memberi dan mengerti
tanpa harus diberi dan dimengerti...

Saya belajar,
bahwa apa yang kita inginkan tidak
selalu sesuai dengan apa yang kita
butuhkan, dan kita harus berlapang dada
untuk menerimannya...

Source : Lion Heart

Teruslah Bergerak

Air, jika dibiarkan terus menggenang, tanpa aliran, lama-lama akan menjadi sarang penyakit. Demikian juga udara, jika dibiarkan berhenti, tak berhembus, akan menimbulkan kepengapan dan akhirnya merusak pernapasan. Semua harus bergerak. Tidak boleh ada yang diam.

Adalah kenyataan bahwa segala ciptaan Allah selalu bergerak. Bumi, matahari, bulan, bintang, dan semua tata surya berotasi tiada henti. Sekali terhenti akan terjadi kerusakan dan bencana yang luar biasa. Bahkan makhluk-makhluk mikro seperti bakteri dan virus pun bergerak.

Hukum Tuhan yang terjadi pada alam raya itu sesungguhnya terjadi juga pada diri manusia. Secara fisik, jika manusia berhenti, diam, dan tidak melakukan aktifitas, maka dalam kurun waktu tertentu kesehatannya pasti terganggu. Selain mudah lelah, berbagai penyakit akan mulai berdatangan.
Demikian pula halnya dengan pikiran.

Seseorang yang membiarkan otaknya berhenti berpikir, maka dalam jangka waktu tertentu pikirannya akan terganggu. Sulit berpikir logis dan sistematis. Berpikirnya meloncat-loncat, sulit mengingat, dan mudah lupa. Menurut penelitian ilmiah, orang yang kurang terbiasa menggunakan pikirannya, pada usia tuanya akan menjadi pikun.

Jika rumus pergerakan itu terjadi pada alam dan individu manusia, maka hal yang sama juga pasti berlaku pada sebuah masyarakat dan organisasi.

Jangan sekali-kali berhenti, diam, atau stagnan. Karena diam itu berarti mati. Diam itu bisa membawa penyakit. Diam itu tidak sehat. Jangan takut perubahan, perbaikan, dan pembaruan. Sebab semua ciptaan-Nya ditakdirkan selalu bergerak dalam sebuah rotasi yang telah ditentukan.

"Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak
belum tentu menyelesaikan (perubahan)."
Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya, "ChaNge".
Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng
Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang
yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. "Silahkan, siapa yang
mau boleh ambil," ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke
muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya
ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius.
Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari
sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh
temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria
maju ke depan sambil celingak-celinguk. Orang yang maju dari sisi sebelah
kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan
termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke
depan. Ia lalu kembali ke kursinya. Sekarang hanya tinggal satu orang saja
yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya
berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang
yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, "Silahkan ambil, silahkan ambil." Ia menatap wajah
Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawa melihat
keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas
uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens
tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak, "Kembalikan, kembalikan!"
Saya mengatakan, "Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya."

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya
Rp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak
bergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan?
Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:
"Saya pikir Bapak cuma main-main ............"
"Nanti uangnya toh diambil lagi."
"Malu-maluin aja."
"Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!"
"Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu ....."
"Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya...."
"Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas....."
"Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang........."
"Saya, kan duduk jauh di belakang..."
dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka
sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity
(kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kita tidak
menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah. Saya jadi ingat
dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di
daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya.
Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa depan baik terkerangkeng dalam
jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras. Saya sampai tidak
percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien
yang paling waras. Ia bisa menilai "gila" nya orang di sana satu persatu dan
berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu
Saya tanya apakah ia merasa sama dengan mereka, ia pun protes. "Gila
aja....ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya
ini tidak gila. Mereka itu semua sakit.....". Lantas, apa yang kamu maksud
'sakit'?"
"Orang 'sakit' (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya
selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu mengharapkan
perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari.....,"
katanya penuh semangat." Saya pun mengangguk-angguk.

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya,
Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman
Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai
dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke
hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang. Perubahan hanya bisa datang
kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi tak banyak
yang berani bergerak. Tetapi sekali bergerak, perubahan seperti menjadi tak
terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisa menghancurkan misi
perubahan itu sendiri, yaitu perubahan yang menjadikan hidup lebih baik.
Perubahan akan gagal kalau pemimpin-pemimpinnya hanya berwacana saja. Wacana
yang kosong akan destruktif.

Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang
yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai,
dan seterusnya. Get Started. Get into the game. Get into the playing field,
Now. Just do it!. Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh
oleh orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara di dalam
rapat dan cuma membuat peraturan saja. Makanya tranformasi harus bersifat
kultural, tidak cukup sekedar struktural. Ia harus bisa menyentuh manusia,
yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju. Manusia
pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata Jack Canfield, yang
menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners
dengan losers adalah "Winners take action... they simply get up and do what
has to be done...".
Selamat bergerak!

Sumber: Bergerak oleh Rhenald Kasali

Nice words....

Cobalah Renungkan!


"Jangan kehilangan nyali menghadapi sikap pesimis orang lain terhadap
Anda. Kenikmatan terbesar dalam hidup adalah mengerjakan apa yang
dikatakan orang lain bahwa Anda tidak mampu melakukannya"

"Nikmati proses belajar. Adalah hebat menjadi bagus di bidang tertentu.
Adalah hebat belajar menjadi bagus di bidang tertentu"

"Keceriaan merupakan senjata pamungkas memerangi frustasi, bosan, rasa
bersalah, iri, dan masih banyak lagi"

"Janganlah bekerja hanya karena alasan bertahan hidup, tetapi nikmatilah
bekerja sebagai tujuan mendulang sukses"

"Tiada orang yang luput dari kesalahan dan janganlah merasa gundah oleh
kesalahan yang telah kita perbuat, karena satu-satunya orang yang tidak
berbuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah mengerjakan sesuatu."

"Janganlah menyalahkan orang jika Anda tidak bahagia, ingatlah bahwa
Anda lah penentu kebahagian itu sendiri"

"Lakukan lah sesuatu terus menerus secara konsisten dan penuh kesabaran,
yakinlah kepada apa-apa yang Anda anggap tidak mungkin akan menjadi
mungkin"

Source : LionHeart

Simple Life

da seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.
* Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara
kebiasaan yang baik.

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.
* Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya
inisiatif sedikit saja.

Seorang anak berkata kepada ibunya: "Ibu hari ini sangat cantik."
Ibu menjawab: "Mengapa?"
Anak menjawab: "Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah."
* Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak
marah-marah.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata: "Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu
tetap akan tumbuh dengan subur."
Petani menjawab: "Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang
membina anakku."
* Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin
bekerja.

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: "Jika sebuah bola jatuh ke
dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?"
Ada yang menjawab: "Cari mulai dari bagian tengah."
Ada pula yang menjawab: "Cari di rerumputan yang cekung ke dalam."
Dan ada yang menjawab: "Cari di rumput yang paling tinggi."
Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: "Setapak demi setapak cari
dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana."
* Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan
segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan
meloncat-loncat.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir
jalan:
"Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku."
Katak di pinggir jalan menjawab: "Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah."
Beberapa hari kemudian katak "sawah" menjenguk katak "pinggir jalan" dan
menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
* Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari
kemalasan saja.

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan
dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan
gembira.
Ada yang bertanya: "Mengapa engkau begitu santai?"
Dia menjawab sambil tertawa: "Karena barang bawaan saya sedikit."
* Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah
dan memiliki secukupnya saja.

YANG PALING PENTING, HIDUP INI HARUS BERMANFAAT BUAT MAKHLUK LAIN.

BUKANKAH:

1. HARI INI LEBIH BURUK DARI KEMARIN ---> CELAKA
2. HARI INI SAMA DENGAN KEMARIN ---> RUGI
3. HARI INI LEBIH BAIK DARI KEMARIN ---> BERUNTUNG

JADI, SATU-SATUNYA PILIHAN ADALAH CONTINUOUS IMPROVEMENT....

Source : LionHeart